Oleh : A Fahrizal Aziz*
Jelang lebaran, banyak orang yang bergerak ke kota menuju desa atau sebaliknya. Mereka berencana bertemu dengan orang-orang yang jauh, yang tidak setiap hari bisa mereka temui. Jauh dalam artian jarak, bukan jauh dalam hubungan. Meski jaraknya jauh, sesungguhnya mereka dekat. Terbukti ketika lebaran, kedekatan itu yang mampu mempertemukan mereka dari jauhnya jarak menuju kedekatan yang sempurna ; dekat jarak dan hubungan.
Di lain hal, ada orang yang benar-benar jauh dari kita. Meski terkadang jaraknya sangat dekat. Tetapi mereka sangat jauh sekali. Saya menilai dari diri sendiri, ketika hampir setiap tahun saya berkunjung ke sanak sodara diluar kota yang jaraknya sekitar 120 km. Namun tak setiap tahun saya berkunjung ke rumah kakek-nenek dari Bapak yang jaraknya tak lebih dari 500 meter. Dua hal yang menamai jauh-dekat dalam dua makna yang lain.
Dengan saudara diluar kota, saya bisa bercerita banyak hal, mulai dari yang biasa saya utarakan hingga yang jarang saya utarakan. Sementara dengan kakek-nenek, kami sering hening ketika tengah duduk berdua atau bertiga. Padahal, dalam keadaan biasa, hampir setiap hari saya bertemu kakek dan nenek. Tapi tak pernah saya berusaha menggali banyak hal dari mereka berdua. Berbeda dengan saudara diluar kota yang hanya bersitatap sekali dalam setahun dan sisanya hanya berhubungan melalui gadget, dan kami begitu terbuka.
Inikah yang dinamakan jauh dan dekat dalam arti lain? jauh dan dekat yang tak melulu dimaknai dengan jarak. Tapi juga hubungan yang riil. Akhirnya saya merasa bingung sendiri. Mana yang benar-benar jauh dan mana yang benar-benar dekat? Entahlah.
Begitu pula orang-orang yang mudik, tak selalu mereka berniat menemui sanak kerabat yang jauh. Tetapi mencoba mendekatkan yang sudah dekat. Yang terasa jauh, bisa jadi yang selama ini terlihat dekat. Semisal orang tua, teman, tetangga, paman, bibi, dan lain-lain. Itulah kenapa, kita tak pernah merasa cukup dengan pertemuan yang setiap saat itu. Karena pertemuan tak selalu mendekatkan, dan yang jauh tak selalu menjauhkan.
Lalu, kemana sebenarnya kita harus mudik?
(*) Inisiator Bilik Kata.
No comments:
Post a Comment