Wednesday 3 September 2014

Cinta, Bersabarlah... (Part 1)

Oleh: Adinda Rahma Dara Kinasih

♪Oh...rasa cinta bersabarlah menantinya
Oh...rasa cinta bersabarlah menantinya
Walau tak ku punya tapi ku percaya
Cinta itu indah...♪

Bukan sekali kudengar kau memakiku saat aku selesai melantunkan lagu karya Letto itu. “Gue merasa tersindir dengan lagu itu!” begitu katamu selalu, saat kutanyakan kenapa kau seakan sangat tak suka jika lagu itu kunyanyikan. Oh, syukurlah kau tidak menutup telinga saat mendengar suaraku, meskipun nyatanya suaraku tak sebagus Afgan, tentu saja.
#
“Gue capek jomblo, Gie...” aku nyaris tersedak saat mendengar kalimatmu yang seperti keluhan itu. Baru kali ini kudengar kau mengeluh tentang kesendirianmu. Selama lima tahun aku mengenalmu, sejak di bangku SMA dan sampai sekarang kita kuliah, kau tak pernah memusingkan kesendirianmu. Dulu di saat hampir semua teman-teman sekelas kita di SMA menyibukkan diri dengan kekasih masing-masing, kau malah dengan santainya melenggang sendirian, menghabiskan malam Minggu dengan nonton film, atau dengan bernyanyi, diiringi petikan gitarku. Tapi kini? Angin apa yang membuatmu berkata seperti itu? Apakah kau sudah bosan menghabiskan setiap malam Minggu bersamaku?
#
Hingga beberapa minggu setelah itu, tiba-tiba kau hadir di depan pintu rumahku dengan penampilan sangat berbeda. Tak ada lagi jeans belel, kemeja, dan topi yang biasa kau kenakan. Kini kau memakai terusan merah jambu bermotif bunga, rambutmu pun kau biarkan tergerai dengan hiasan pita. Mataku tak sanggup berkedip melihatmu seperti ini. Harus kuakui kau begitu cantik, namun aku juga merasa kehilangan dirimu yang cuek dan tomboi seperti dulu.

“Tataa...kenapa lo...”
“Stop! Panggil gue Cinta! Jangan Tata lagi. Apa lo gak lihat nih penampilan gue? Cantik gini! Tata itu kayak nama cowok! Mulai sekarang, panggil gue Cinta! Oke?” kau memotong perkataanku dengan kalimat yang lumayan panjang. Aku hanya terpaku. Kuingat dulu, kau selalu protes jika kupanggil Cinta. Terlalu feminim, katamu. Kau pun menciptakan nama panggilan sendiri, yang agak aneh bagiku. Tata, itulah nama ciptaanmu. Seperti nama laki-laki. Tapi kupilih lebih menurutimu daripada nanti kau damprat aku. Dan sekarang kau yang memintaku kembali memanggilmu Cinta. Ada apa denganmu?

“Heii! Malah bengong! Gimana pendapat lo tentang gue yang sekarang, Nugie?” tanyamu membuyarkan lamunanku. Aku tersenyum sejenak, lalu beranjak ke dalam sebentar dan kembali ke hadapanmu dengan sebuah gitar. Aku tersenyum dan mulai memetik gitarku.
“You are so beautiful, to me… You are so beautiful to me… Can't you see… You're everything I hoped for… you're everything I need… You are so beautiful, to me…” kulantunkan sebait lagu Westlife. Kau tertawa, wajahmu memerah tersipu.
#

Bersambung...

No comments:

Post a Comment