Friday, 15 August 2014

Kecantikan yang tak terukur

Oleh: A Fahrizal Aziz*

Tak sulit untuk mendefinisikan seseorang yang cantik atau tidak. Sebuah definisi yang bisa diukur dengan mudah ; melalui penglihatan mata. Kecantikan, selalu diasosiakan oleh indra penglihatan. Sebuah penilaian yang didasarkan oleh keserasian lekuk wajah, tubuh plus perawatan. Meski kemudian, ada sebuah pandangan kritis bahwa kecantikan tak selalu soal fisik semata.

Selama ini, segala hal memang harus terukur dengan jelas. Misalkan soal kesuksesan. Orang yang sukses selalu diasosiakan dengan mereka yang berkecukupan soal financial, dapat jabatan strategis atau bisnis yang besar. Pun dengan kecantikan. Kenapa demikian? Karena itu sangat mudah diukur. Misal, ketika cantik dimaknai dengan cantik hati. Atau sukses dimaknai dengan kebahagiaan. Mengukurnya akan susah. Dan kalaupun bisa, akan berbeda-beda.

Orang yang berdandan seksi, memiliki wajah tirus yang menawan, akan dengan mudah dikategorikan cantik jika ukurannya adalah mata fisik. Orang yang kaya, gaji tinggi, jabatan strategis akan bisa dikatakan sukses jika alat ukurnya berupa kecukupan. Namun akan berbeda lagi jika dinilai berdasarkan kebaikan dan kebahagiaan.

Orang yan cantik fisik, belum tentu cantik hatinya. Orang yang tak cantik fisiknya, belum tentu juga tak cantik hatinya. Pun dengan orang yang berlimpah harta, belum tentu bahagia. Sementara orang yang hidup sederhana, bisa jadi memiliki kebahagiaan. Itu dikarenakan, kecantikan hati sangat susah diukur. Sementara, setiap harinya, baik ketika di bangku sekolah, kuliah, atau dunia kerja, kita diajarkan untuk berfikir positivistik. Mengukur sesuatu dengan alat ukur yang pasti dan jelas.

Misal di sekolah, ukuran anak pintar atau bodoh didasarkan pada nilai raport. Nilai raport didapat dari kelihaian mengerjakan soal ujian. Sementara penilaian-penilaian non kognitif, tidak bisa dinilai dengan angka-angka. Sulit menilai hal-hal non kognitif. Misalkan menilai kejujuran, kebaikan, kedisiplinan, kepedulian, dll. Rata-rata akan dinilai dengan kata-kata : baik, sangat baik, memuaskan. Susah untuk diukur dengan angka-angka.

Hal tersebut tidak bisa kita salahkan serta merta. Karena memang tak mudah mengukur sesuatu yang tak punya alat ukur dengan jelas, meskipun sebenarnya bisa kita lakukan. Misalkan kecantikan, sebagai lelaki, saya berusaha sungguh-sungguh untuk melihat kecantikan perempuan dari hal-hal yang susah (atau tak pernah) diukur kebanyakan orang.

Misalkan, dari sikap, kebaikan, sifat keibuan, kepedulian, kelembutan, dan warna-warni hidupnya yang lain. Kadang, kita mengenal dua tipikal perempuan yang berbeda. Jika diukur dari kecantikan fisik, yang satu lebih cantik. Tetapi anehnya, kita lebih tertarik dan cocok dengan perempuan satunya yang tak lebih cantik (secara fisik) karena kita menemukan “kecantikan-kecantikan lain” yang tak terukur dalam dirinya.

Ukurannya, hanya bisa dirasakan dan (susah) untuk dibuktikan apalagi di presentasikan ke banyak orang. Karena “kecantikan-kecantikan” tak terukur itu hanya bisa dirasakan oleh sebagian orang saja. Kadang kita sering heran melihat dua pasangan yang menurut kita tidak begitu serasi, tapi ternyata mereka begitu langgeng. Itu bisa jadi karena diantara mereka sudah menemukan “kecantikan” dan “ketampanan” yang hanya bisa diukur oleh mereka dan tidak bisa diukur oleh kita.

Kita akhirnya paham, bahwa semua itu tak harus terukur dengan pasti. Karena suatu yang terukur, bisa berubah seiring waktu. Semisal kecantikan. Ketika tua, ukuran kecantikannya akan berkurang. Tetapi “kecantikan-kecantikan” yang tak terukur lainnya, bisa semakin bertambah bisa juga berkurang. Kecantikan terukur bisa dirias dengan alat-alat kosmetik. Namun kecantikan tak terukur terbit dari ketulusan hati.

Kecantikan “tak terukur” adalah hal yang misterius, dan menurut saya, itulah kecantikan yang berdiri diatas kecantikan fisik yang nilai dan ukurannya akan terus berkurang. Ketika kecantikan fisik hilang, ada kecantikan lain yang abadi. Dan itu adalah kecantikan yang “tak terukur”.

(*) Inisiator Bilik Kata

No comments:

Post a Comment