Wednesday 13 August 2014

Kuliah menyehatkan otak

Oleh : A Fahrizal Aziz*

Saya mengamati aktifitas adik-adik kelas di timeline sebuah jejaring sosial sebelum dan sesudah ia kuliah. Sebelum kuliah, biasanya mereka update status yang berisi keluh kesah, kekesalan, dan hal-hal yang bersifat negatif-privatif lainnya. Setelah kuliah beberapa bulan, saya melihat ada sedikit perubaha. Misalkan, dia mulai mengomentari fenomena sosial, meskipun komentarnya masih sangat mentah. Dia mulai update status yang berisi kata-kata ilmiah.

Memang tidak semua, tapi ada sebagian yang seperti itu, yang menurut saya, mulai mengalami “penyehatan otak”. Bagaimana tidak, status yang diupdate adalah apa yang ada dalam fikiran. Dan sebuah status, bisa dibilang adalah “tempat pembuangan” dari apa ada dalam fikiran kita. ketika yang diupdate itu hal-hal negatif. Betapa banyak fikiran-fikiran negatif yang ia simpan dan kemudian dikeluarkan di timeline. Semisal keluh kesah, kesal dengan orang lain, umpatan-umpatan, dll.

Ketika kuliah, ia berangsur membaik. Setidaknya, fikiran-fikiran negatif itu mulai berkurang dan berganti hal-hal yang positif dan analitis. Tak salah jika saya menamai kuliah adalah sarana untuk menyehatkan otak. Menyehatkan otak untuk selalu berfikir positif, kritis, dan analitis. Serta mencegah “nafsu” untuk menularkan hal-hal yang negatif.

Mahasiswa, memang harus berbeda dengan yang bukan mahasiswa. Ia tak boleh cuek terhadap isu-isu sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dll. Sekalipun mengkaji hal-hal itu membuat kita mengerutkan dahi dan kadang membosankan. Tetapi itulah yang membedakan kita dengan yang lain. Itulah yang membuat kita dipandang sebagai orang yang berilmu.

Untuk itu, tak ada salahnya untuk mulai “berobat” jalan lebih intensif lagi selama di perkuliahan : aktif di ruang kelas, ikut forum diskusi/seminar/workshop, bergabung dengan organisasi, hingga membuat karya-karya ilmiah. Kebiasaan itu, akan menyehatkan otak kita. pola pikir kita yang sebelumnya negatif, berubah menjadi positif, kritis dan analitis. Dalam konteks yang lebih luas, bisa merubah hidup kita.

Tentu, tak hanya tubuh yang kita jaga kesehatannya. Namun otak juga perlu, karena otaklah yang menggerakkan tubuh. Manusia yang dengan tega menyakiti orang lain, juga digerakkan oleh perilaku yang disetting di otak. Orang yang suka berbuat baik juga demikian, ia dikemudikan oleh otak yang akhirnya menghasilkan sikap dan pola pikir.

Jika otak dan pola pikir kita negatif, kita tak akan sungkan-sungkan mengumpat dan menghujat, entah dalam dunia nyata atau sekedar status di timeline. Pola pikir negatif bisa memunculkan kebencian dan anarkistik. Untuk itulah kita sekolah atau kuliah, agar pola pikir kita positif dan dewasa.

So, Pendidikan seharusnya lebih menyehatkan otak kita.

(*) Inisiator Bilik Kata.

No comments:

Post a Comment