Sunday, 3 August 2014

Tuhan, Jadikan aku kaya raya

Oleh : A Fahrizal Aziz*

Teman saya iri melihat orang yang kaya raya. Rumah megah, mobil mewah dan hidupnya serba wah. Diam-diam dalam ibadahnya, dia berdoa kepada Tuhan agar dijadikan kaya raya. Doanya terkabul, setelah lulus dia berhasil dterima kerja disebuah perusahaan elite. Gajinya tinggi, sudah bisa beli rumah dalam tiga tahun kerja, bisa ngredit mobil bagus. Biasanya kalau beli baju di pasar diskon, kini sudah ke butik mahal, makannya yang biasanya di warteg, pol polan di warung padang. Kini sudah bisa ke restoran.

Tapi ada yang aneh. Saya jadi tak kenal dia yang dulu, gayanya sih tetap, tapi perilakunya yang berubah. Lebih royal, hedon, dan material. Mungkin karena punya uang. Kalau dulu saya ajak makan di warteg oke oke saja, sekarang ogah ogahan dan langsung belok ke rumah makan elite. Dia juga mulai doyan menenggak minuman keras, main perempuan (kebetulan dia masih jomblo) dan ikut judi. Mumpung ada duit. Kilahnya.

Aneh. Dulu, waktu masih kere, dia tak seperti itu. Jangankan pergi ke diskotik, ke food court aja mikir-mikir. Ada duit nggak ya?. Jangankan beli minuman keras, beli galon aqua aja kudu ngutang dulu. Sekarang dia memang kaya, tapi rasa-rasanya ada yang berbeda.

Dulu, kalau ibu kos ada hajatan, atau tetangga lagi kondangan, kami bahagianya bukan main. Kenapa bahagia? Karena bisa makan dan minum gratis. Enak-enak pula. Kini, hal itu terasa biasa. Dulu, bisa beli baju lebaran di toko baju import saja rasanya senang bukan main. Senang karena bisa memakai baju yang berbeda, tak itu itu saja. Sekarang kebahagiaan itu telah hilang. Padahal sudah punya duit. Apa yang salah?

Mungkin teman saya belum siap menjadi orang kaya. Belum siap mengalami transisi perubahan hidup. Akhirnya kekayaan itu tak menentramkan, malah menenggelamkan. Karena belum siap, duit sisa akhirnya buat ke diskotik, judi dan main perempuan. Kalau siap menjadi kaya, pasti tak akan demikian. Daripada dibuat foya-foya yang merusak iman dan merusak tubuh, lebih baik disedekahkan ke yang membutuhkan.

Maka doa teman saya itu mungkin salah. Ia lupa kalau kaya pun butuh persiapan juga. Miskin pun juga butuh persiapan. Ia belum mempersiapkan diri menjadi orang kaya, dan ketika Tuhan menjadikannya kaya raya, dia menyalahgunakan kekayaan itu. sayang sekali, harta yang harusnya bisa kita gunakan untuk ladang kebaikan, justru menjadi lahan kemaksiatan. Astagfirullah.

Maka jangan dulu berdoa, Tuhan jadikan hamba kaya raya. Tapi berdoa saja : Tuhan, siapkanlah hamba untuk menjadi orang kaya raya. Semoga nanti kita menjadi orang kaya raya dan bermanfaat bagi kehidupan ini.

(*) Inisiator Bilik Kata

No comments:

Post a Comment